Tuesday, August 12, 2014

Menikah. Faktor Cinta atau Faktor Kesiapan?

Pic From Google
 
'Kapan nikah?'

Pertanyaan semacam itu akhir-akhir ini sepertinya sedang trend di sekitar gue. Di acara reuni, di kantor, di acara keluarga. Selalu ada yang menanyakan hal itu. Gue yang gak bisa ngasih jawaban hanya bisa tersenyum meringis. Rasanya pengen pura-pura mati, pura-pura amnesia atau  lari-lari ke jalan terus manjat tower. Kenapa mereka tega sekali menanyakan pertanyaan yang mengiris hati seperti itu berulang kali? :'(

Menikah tidak segampang bertanya 'Kapan nikah?', karena menikah bukan sebatas menghalalkan hubungan seks atau memiliki anak secara legal saja. Apa mungkin mereka yang tega bertanya 'Kapan nikah?' kepada orang-orang lajang yang ditemuinya sudah tidak punya lagi pertanyaan basa-basi lain untuk ditanyakan??!!! *Emosi*. Menikah itu butuh perencanaan yang matang dari 2 orang dewasa yang matang. Bukan cuma seks yang dipikirkan, tapi juga tentang finansial, kesamaan visi dan misi, kehidupan setelah menikah nanti. Mereka yang terus mendesakmu agar buru-buru menikah itu apakah nanti mau bertanggungjawab jika ternyata pernikahanmu gagal karena si pasangan sebenarnya kurang dewasa dan siap untuk menikah??

Berdasarkan data dari BKKBN, angka perceraian di Indonesia setiap tahunnya semakin bertambah. Bahkan disebut-sebut angka tertinggi se-Asia Pasifik. Kebanyakan pasangan yang bercerai adalah pasangan yang menikah di usia muda, ditambah lagi memiliki banyak anak padahal kondisi perekonomian mereka sangat rendah. Anak-anak mereka tidak mendapat gizi dan pendidikan yang layak. Bagaimana tingkat perekonomian di negara ini bisa meningkat kalau masih banyak saja yang beranggapan lebih baik menikah muda dan memiliki banyak anak? Mereka menikah tanpa perencanaan matang dan kemapanan finansial sehingga berakhir dengan pertengkaran dan gugatan cerai karena si istri menganggap si suami tidak mampu menafkahinya dan anak-anaknya.

Prinsip jaman dahulu seperti menikah muda dan memiliki banyak anak sepertinya sudah tidak relevan lagi jika diterapkan di masa sekarang. Di masa sekarang ini biaya untuk mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak sungguh tidak lah murah. Faktor saling cinta atau berhubungan (pacaran) sudah lama pun tidak menjamin pernikahan bakal langgeng, karena kehidupan setelah menikah tidak sama dengan kehidupan saat melajang. Faktor kesiapan lah yang lebih penting, siap secara mental dan finansial. Kalau finansial dan mental sudah mantap (biasanya di usia 25 tahun ke atas), mudah-mudahan hubungan pernikahannya tidak rentan terjadi pertengkaran karena yang menikah tersebut sudah sama-sama dewasa. Setidaknya mereka tahu cara berdiskusi dan mencari solusi atas setiap masalah rumah tangga.

Jadi, masih ingin buru-buru menikah hanya karena didesak orang di sekitarmu? :)

No comments:

Post a Comment