Saturday, September 3, 2016

Cinta Yang Membebaskan


Kita berdua berkali-kali sempat terpisah di persimpangan yang berbeda, lalu masing-masing kita berjalan ke arah yang berbeda dan mencoba mencari teman yang berbeda pula.

Kau membebaskan aku untuk pergi, kau tidak merengek agar aku tetap di sisimu, dan kau tidak memaksaku untuk terus bersamamu.

Begitupun aku, aku membebaskanmu untuk memilih sebelum akhirnya kau nanti menikahiku.

Namun tanpa aku sadari, sepuluh tahun bersamamu perlahan telah membentuk akar yang kokoh di kehidupanku, aku sangat melekat denganmu. 

Begitupun yang terjadi padamu.

Kita memang tidak pernah saling memaksa untuk mengikat dan menjadikan satu sama lain satu-satunya pilihan. Kita belajar untuk saling membebaskan. Saling memberikan sayap untuk terbang sejauh apapun, namun pada akhirnya kita kembali bertemu satu sama lain.

Dan kali ini aku ingin tinggal lebih lama bersamamu, selamanya.........

Friday, July 29, 2016

Aku

Aku, seorang wanita.
Anak pertama dari tiga bersaudara.
12 tahun hidup tanpa ibu dan 'dipaksa' untuk dewasa sesaat setelah ibu tiada.

Aku, terbiasa menjadi seorang leader.
Biasa mengorganisir dan memerintah.
Ya, aku memang bossy. 
Kata sebagian banyak orang.

Aku, wanita egois yang selalu ingin jadi pusat perhatian.
Apa yang orang lain miliki, aku juga harus memiliki.
Tak peduli bagaimanapun caranya aku akan berusaha mendapatkan yang kuinginkan.

Aku, wanita ambisius.
Yang berpikir akan sekolah setinggi-tingginya dan mengejar karir sedemikian rupa.

Aku, wanita keras kepala.
Susah untuk diatur dan akan mempertahankan mati-matian apa yang menurutku benar sampai orang lain bisa membuktikan kalau hal itu salah.

Namun saat di sisi orang yang tepat,
Aku yang egois ini bisa berubah menjadi sangat pengalah.
Aku yang bossy ini bisa menjadi seorang yang bisa dibimbing.
Aku yang ambisius ini akan melambatkan laju karir dan sedikit mengalah agar bisa menyeimbangkan langkah.
Aku yang keras kepala ini bisa menjadi sangat penurut.

Aku bisa menjadi orang yang sangat keras kepala mencintaimu dan mempertahankanmu.
Aku bisa menjadi orang paling ambisius untuk mendapatkanmu karena aku menginginkannya.
Aku bisa menjadi orang egois yang hanya akan memikirkan kebahagiaan kita berdua saja.
Namun itu jika kau pun juga menginginkanku untuk tetap di sisimu.
Karena di saat kau tidak menginginkannya, aku akan menjadi orang yang menuruti maumu.

Kau memintaku sabar, maka aku akan bersabar.
Kau memintaku menunggu, maka aku akan menunggu.
Kau memintaku jangan datang, maka aku tidak akan datang.
Kau memintaku untuk tinggal, maka aku akan tinggal.
Kau memintaku pergi, maka aku akan pergi....




Saturday, July 9, 2016

Menuju usia 27

Hari ini tanggal 9 Juli. Kira-kira 2 hari lagi inshaa Allah usiaku akan menjadi 27 tahun. Yap, 27 tahun bukan angka yang kecil. Usia 27 menandakan aku sudah melewati 10 tahun dari sejak usia 17. Wow, cukup lama ya? Alhamdulillah menjelang usia 27 ini aku masih hidup, masih bernapas, masih sehat dan masih ....... jomblo :D

Di perjalanan menuju usia 27 ini aku mendapatkan banyak kabar bahagia, sahabat semasa SMA menikah dan sekarang sedang hamil. Sahabat sedari kecil akan menikah bulan Agustus nanti. Wow, begitu banyak kejutan tak terduga dari orang-orang sekitar. Semoga kejutannya segera menular padaku juga. Aamiin :)

Di masa peralihan dari usia 26 ke 27 aku menyadari bahwa banyak hal yang masih harus aku lakukan dan pelajari. Masih banyak tugas yang harus aku lakukan sebagai seorang wanita, sebagai Warga Negara Indonesia, sebagai Aparatur Sipil Negara dan sebagai seorang anak. Hal-hal yang kurang akan aku perbaiki dengan segera.

Harapanku untuk usia 27 nanti sederhana saja, aku ingin hidup bahagia, sehat, dikelilingi orang-orang tersayang, dan jadi manusia yang lebih bermanfaat. Serta semoga Tuhan yang tak hentinya memberikan cobaan, memberikan pula hati yang luas untuk memaafkan dan punggung yang kuat untuk menerima beban apapun. Oh iya, satu lagi kalau bisa aku ingin dapat peran baru, peran sebagai istri atau ibu, mungkin ;)

Yah, semoga saja usia 27 nanti lebih menyenangkan, minim drama dan lebih banyak kejutan bahagia. 

Aamiin.

Semoga.

Wednesday, June 1, 2016

Teruntuk Suamiku di Masa Depan

Hai calon suamiku yang sekarang entah berada dimana. Aku do'akan engkau selamat dalam perjalanan menjemput dan menghalalkanku.

Aku ingin kau tahu beberapa hal sebelum nanti hari yang indah itu terlaksana. Hari dimana kau meminta ijin kepada ayahku dan menjabat tangannya untuk memintaku menjadi istrimu. Hari perjanjian yang konon katanya bisa menggetarkan Arasy.

Ketahuilah bahwa saat aku menerimamu menjadi suamiku (nanti), itu berarti aku sepenuhnya menyerahkan seluruh jiwa dan ragaku untukmu. Maka aku mohon nantinya tolong pelihara dengan baik segala cinta, kasih sayang dan kepercayaan dariku serta dari orang tuaku. 

Di saat aku menyandang gelar sebagai istrimu (nanti), itu berarti aku siap untuk mendampingimu, menjadi sahabatmu, menjadi anggota tim mu, menjadi penyokongmu dan sesekali mungkin menjadi pengingat bila nantinya kau melakukan suatu kekhilafan.

Saat kita tinggal bersama nanti, mungkin akan banyak kekuranganku yang baru kau ketahui, aku mohon untuk dimaklumi dan aku akan senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri dari hari ke hari agar kau pun merasa beruntung memiliki istri sepertiku karena aku pun merasa beruntung memiliki suami sepertimu.

Hai, calon suamiku (nanti). Di saat aku menerimamu menjadi suamiku, itu tanda dimana aku memindahkan baktiku dari orang tua kepada engkau. Oleh sebab itu, aku akan melayanimu sepenuh hati dan akan menuruti perintahmu. Aku akan ikut kemanapun kamu tinggal, karena bagaimana mungkin aku bisa hidup jika separuh jiwaku tidak tinggal bersamaku??

Teruntuk suamiku di masa depan. Saat ini aku menantimu dalam do'a dan pengharapan. Semoga pertemuan kita nantinya di waktu yang tepat dan kiranya akan disegerakan oleh-Nya. Sementara menantimu, aku akan terus berusaha memperbaiki diri. 

Dariku : Istrimu di masa depan (nanti)

^_^